IBInews.co.id
PATI //- Komunitas pedagang kali lima Sehati adakan aksi dan pasang spanduk di Alun – Alun Pati. Ini sebagai wujud kekecewaan dan protes terhadap kebijakan ( Pemkab ) yang menetapkan Alun – alun Simpang Lima Pati menjadi kawasan zona merah, melarang para pedang kali lima berjualan dan di relokasi.
Senin, 27 Mei 2024.
Agus Sunarko ( Bacalon Bupati Pati ) yang kini masih menjabat sebagai camat Dukuhseti, menyapa dan melarisi dagangan para pedagang yang mengadakan aksi di Alun – Alun Pati.
Agus Sunarko tampak menjadi simpati dari para pedagang terus menyapa dan menghampiri.
Kepada awak media mengatakan dia spontan turun dari mobil merasa tersentuh melihat para pedagang mengakan aksi simpatik di muka umum, dan menghampiri para pedagang , mendengarkan keluh kesah yang menjadi masalah para pedagang kali lima kali ini.
Kali ini Agus Sunarko duduk bersama para pedang kali lima dan ketua pedagang kaki lima Sehati, mendengarkan keluh kesah para pedagang kaki lima.
Dia memberi semangat dan motifasi para pedagang kaki lima, aksi ini boleh karena di lindungi Undang – Undang.
Aksi simpatik jangan merasa didiskriminasi, dengan kegiatan seperti ini semoga pemerintah yang berwenang akan terbuka dan tergugah yang nantinya mendapatkan solusi.
Agus Sunarko mengungkapkan idenya untuk mengadakan Car Free Night apabila dia terpilih nanti .
Ajang Car Free Night tersebut diharapkan dapat memfasilitasi para pedagang kaki lima ( PKL ) Eks Simpang Lima Pati.
Kedepannya memberikan program pelatihan para pedagang sesuai dengan keahliannya dan minatnya agar hasilnya lebih maksimal tentunya.
Amin, salah satu pedagang kaki lima ( PKL) yang sebelumnya berjualan di Alun-alun Simpang Lima mengaku kehilangan mata pencaharian ketika tempat ia bersama ratusan PKL mencari nafkah kemudian di relokasi.
Akibatnya, Amin menyebut teman-teman PKL yang sebelumnya berjumlah 430, saat ini hanya tersisa 30 PKL lantaran sepinya pembeli yang berdampak pada penurunan perekonomian.
Septianto pedagang gado – gado mengatakan setelah tidak jualan Alun -;Alun hasilnya turun drastis, yang tadinya 100 persen menjadi 30 persen.
“Secara ekonomi kita terpuruk, kalau dulu masih di alun-alun bisa kami andalkan. Kemudian dipindah, penghasilan tidak bisa kami andalkan. jadi kami ingin bisa kembali ke tempat yang lama,” ujarnya.
Red / Tio
Komentar